TunjukArah - Blog

Kenapa Atasan Selalu Terlihat Lebih Cerdas? Padahal Nggak Juga... Mereka Cuma Tahu Duluan

Diterbitkan pada: 31 May 2025 Kategori: Blog
Kenapa Atasan Selalu Terlihat Lebih Cerdas? Padahal Nggak Juga... Mereka Cuma Tahu Duluan

Pernah nggak sih kamu duduk di ruang rapat, terus atasanmu ngomong satu hal yang langsung bikin semua orang mengangguk? “Wah, bener juga ya...” padahal kamu juga sebenarnya kepikiran hal yang mirip, cuma belum sempat ngomong duluan.


Nah, ini menarik banget buat dibahas: kenapa atasan sering keliatan lebih cerdas, padahal bisa jadi mereka cuma lebih dulu tahu, atau punya akses info lebih banyak?



1. Informasi Itu Power


Dalam dunia kerja, siapa yang tahu lebih dulu, biasanya juga lebih dipercaya. Atasan punya akses ke laporan mingguan, obrolan strategis dengan klien, atau diskusi manajemen yang nggak semua karyawan dengar. Jadinya, saat mereka ngomong, kedengarannya lebih "wow", padahal kita belum tentu kalah pintar—cuma belum dapet konteksnya aja.


📚 Menurut jurnal “The Hidden Cost of Information Asymmetry in Organizations” (MIT Sloan, 2021), perbedaan akses informasi antara manajer dan staf membuat pemimpin cenderung dianggap lebih visioner, padahal yang terjadi hanyalah mereka lebih cepat tahu.


Tips Pragmatis: Jika kamu merasa tidak punya akses informasi yang sama, mulailah inisiatif untuk mencari tahu lebih banyak. Tanyakan langsung pada atasan atau mintalah rangkuman rapat yang tidak kamu hadiri.



2. Pengalaman = Pola Pikir Cepat


Atasan biasanya sudah makan asam garam lebih dulu. Ketika muncul masalah, mereka udah pernah lihat pola serupa, jadi responsnya cepat dan tepat. Tapi itu bukan soal lebih pintar—itu soal jam terbang.


🧠 Daniel Kahneman dalam bukunya “Thinking, Fast and Slow” (2011), menjelaskan bahwa pengalaman memperkuat sistem berpikir cepat (System 1), yang membuat orang bisa ambil keputusan lebih sigap dalam situasi familiar.


Ilustrasi: Bayangkan seorang manajer yang pernah menangani klien yang menunda pembayaran. Ketika situasi serupa muncul lagi, dia langsung tahu langkah apa yang perlu diambil, sementara karyawan baru mungkin masih butuh waktu untuk mempelajari situasinya.



3. Mereka Punya Waktu untuk Mikir, Kamu Sibuk Eksekusi

Fakta lainnya: posisi atasan itu memang lebih strategis.


Mereka lebih banyak waktu buat mikir, diskusi, dan analisa. Sementara kamu sibuk ngejar deadline. Jadi wajar kalau mereka kelihatan “lebih tahu arah”. Tapi bukan berarti kamu kurang pintar—kamu cuma belum sempat mikir panjang aja.


📌 Sebuah artikel di Harvard Business Review (2022) menyebut bahwa struktur organisasi yang terlalu operasional justru menyulitkan staf untuk berkembang secara strategis karena tidak diberi ruang refleksi dan diskusi.


Tips Pragmatis: Luangkan waktu untuk refleksi, meski hanya 10 menit di akhir hari kerja. Gunakan waktu ini untuk memikirkan gambaran besar dari tugas yang sedang kamu kerjakan.



4. Leadership Bias: Yang Bicara Duluan, Dianggap Paling Tahu


Pernah dengar istilah “first mover advantage”? Ini nggak cuma soal bisnis, tapi juga berlaku di rapat tim. Siapa yang ngomong duluan, biasanya langsung dikasih label “paling tahu”. Sayangnya, seringkali yang punya ide bagus tapi diem aja karena nunggu momen, malah nggak kebagian spotlight.


🎓 Menurut riset dari Columbia Business School (2018), orang yang percaya diri menyampaikan ide lebih awal akan dianggap lebih kompeten oleh rekan kerja—terlepas dari kualitas idenya.


Tips Pragmatis: Berlatihlah untuk berbicara lebih awal di rapat kecil. Jangan tunggu momen sempurna; lemparkan ide meski belum sempurna. Kadang, yang penting adalah terlihat aktif berkontribusi.



5. Tapi, Jadi Atasan Juga Bukan Gampang


Meski begitu, jadi atasan bukan berarti semuanya serba enak. Mereka juga dituntut buat ambil keputusan cepat, tanggung jawabnya lebih besar, dan kalau salah, dampaknya juga bisa lebih luas. Jadi, meski keliatannya “lebih tahu”, banyak dari mereka juga sebenarnya lagi mikir keras dan nebak-nebak juga, lho.


Sudut Pandang Atasan: Dalam wawancara singkat dengan seorang direktur perusahaan teknologi, dia berkata, “Setiap kali saya mengambil keputusan besar, saya tahu ada kemungkinan saya salah. Tapi, itu risiko yang harus saya ambil, karena tidak ada keputusan yang sempurna.”



✨ Penutup: Jangan Minder, Tapi Juga Jangan Meremehkan


Kamu mungkin ngerasa ide kamu juga valid. Dan itu bisa jadi benar. Tapi daripada sebel karena nggak dianggap, mulai deh belajar berani ngomong lebih dulu, bangun percaya diri, dan terus tingkatkan wawasan. Karena di dunia kerja, yang tampil duluan sering kali dianggap lebih pintar—meskipun belum tentu.


So, lain kali kalau kamu lihat atasanmu bilang sesuatu yang “wah”, jangan langsung minder. Bisa jadi kamu juga akan sampai ke titik itu… asal terus belajar dan berani unjuk diri.

Sumber:
  • Kahneman, D. (2011). Thinking, Fast and Slow. Farrar, Straus and Giroux.
  • Harvard Business Review. (2022). Strategic Thinking Is a Skill You Can Learn.
  • MIT Sloan Management Review. (2021). The Hidden Cost of Information Asymmetry in Organizations.
  • Columbia Business School. (2018). Confidence Can Be Mistaken for Competence in Group Settings.
Bagikan: